“Kalau Bamsoet, lebih banyak membangun kekuatan dari luar. Mungkin kekuatan itu untuk dibawa masuk ke dalam. Saya kira dalam dua hari ini, momentum untuk mengamati gerakan mahasiswa itu menjadi momentum bagi Bamsoet. Sehingga Bamsoet-lah yang disorot dalam aksi mahasiswa tersebut,” ujar Ray.
Menurut dia, tentu ada tanggung jawab moral bagi Bamsoet, tapi di saat yang sama dia juga tengah mendapat citra sebagai calon ketum Golkar. Ini berbeda dengan Airlangga, yang terlihat lebih fokus melakukan konsolidasi kekuatan ke dalam.
Lebih jauh, Ray menuturkan, ada satu variabel yang harus diperhatikan dalam menentukan siapa pemenang dalam Munas Golkar nanti. Variabel itu adalah variabel eksternal, dalam hal ini keterlibatan Presiden Jokowi.
“Jadi kemana kira-kira presiden punya kecenderungan dari dua kandidat ini? Keduanya butuh itu, baik Bamsoet dan Airlangga. Sampai saat ini presiden menjaga diri agar tak terlalu terlihat. Sampai nanti jelang pemilihan baru akan terlihat. Faktor ini akan menentukan juga,” ucapnya.
Pada kesempatan sama, Fungsionaris DPP Partai Golkar Mirwan Bz Vauly mengatakan, Munas Partai Golkar 2019 sebenarnya tidak selalu panas dan banyak kemelut. Bahkan, rapat besar itu kadang seperti perayaan pesta lima tahunan saja.