Politisi Partai Golkar Maman Abdurrahman mengungkapkan, ketokohan individu menjadi modal penting dalam pemilihan presiden (pilpres). Namun di sisi lain, ia mengimbau partai politik berhati-hati dalam memutuskan seorang tokoh sebagai capres. Terlebih, bila tokoh itu bukan kader partai dan hanya mengandalkan tingginya popularitas.
“Kita harus hati-hati pada saat kita sekadar, kita memilih calon yang sekadar populer saja. Akhirnya idealisme yang dimiliki si calon, si presiden terpilih nanti mau tidak mau harus sedikit digeser, karena harus dibangun kompromi,” kata Maman dalam diskusi virtual yang digelar Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC), Rabu (20/7).
Maman berpandangan, capres yang bukan merupakan kader partai politik justru akan menyulitkan jika terpilih sebagai presiden. Sebab, tokoh itu tidak memiliki nilai tawar saat konsolidasi pemerintahan ke depan dilakukan.
Hasil survei ARSC menunjukkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menempati posisi teratas sebagai calon presiden (capres) pengganti Presiden Jokowi pada periode 2024-2029.
“Siapakah yang menjadi presiden 2024 nantinya menggantikan Jokowi? Publik menilai Ganjar dengan elektabilitas 26,69 persen, kemudian Anies Baswedan 19,18 persen, Prabowo Subianto 11,18 persen,” kata peneliti ARSC Bagus Balghi dalam paparannya secara daring, Rabu (20/7).