“Sebetulnya ini merupakan tindak lanjut dari yang sebelumnya, saya ingin membantu pemasaran dan membantu petani kopi lokal secara simultan. Kemarin kita juga hadirkan Rumah Indonesia yang sudah ekspor kopi dari beberapa daerah, namun di daerah ini belum, maka saya ingin mengupayakan agar kopi lokal di sini bisa ekspor juga ke luar negeri,” ucap Tina Wiryawati.
Dengan itu, Tina tidak ingin petani kopi di Kuningan tidak ketinggalan dengan daerah lain yang sudah ekspor kopi ke luar negeri. Mungkin ada beberapa yang sudah ekspor, namun khusus petani kopi di Desa Puncak belum terlihat ekspor kopi lokal.
“Jadi kopi ini jenis Yellow Bourbone, kopinya nanti warna kuning dan agak langka karena sertifikasi. Kita coba dulu di tanah di sini, jenisnya Arabika ya, dan mulai berbuah itu sekitar 2 tahun,” pungkasnya.
Diharapkan, bibit kopi yang ditanam dapat berbuah hasil yang banyak dan membantu petani kopi lokal. Minimal bisa membantu pendapatan untuk tabungan jangka panjang dari tanaman kopi tersebut.
“Bahkan dari buah kopi ini bisa dijadikan bibit lagi, sehingga dapat dikembangkan oleh petani kopi yang lain. Kenapa saya memilih di Desa Puncak, karena cocok ya di wilayah dingin. Kemudian untuk di daerah rendah akan kita coba dengan jenis Robusta,” ujarnya.