Fadli memandang, faktor perubahan iklim itu merupakan masalah serius, terutama bagi pertanian hortikultura.
Menurutnya, komoditas pangan hortikultura sangat sensitif sekali terhadap curah hujan yang tinggi, karena bisa berdampak langsung pada kualitas dan kuantitas hasil panen.
“Kalau kita melihat dua faktor tadi, masalah kenaikan harga cabai ini mungkin akan dianggap kecil dan bersifat lokal. Tetapi, ada persoalan lain yang jauh lebih besar di belakangnya, yaitu isu ancaman ketersediaan pangan yang semakin dekat,” ujarnya.
Fadli berpendapat, pemerintah harus menempatkan kasus lonjakan harga cabai ini di dalam kerangka isu ancaman ketersediaan pangan secara global.
Ia mengingatkan bahwa perang antara Rusia dan Ukraina telah berdampak besar pada isu pangan pascapandemi Covid-19.
“Menurut data FAO (The Food and Agriculture Organization) dan Bank Dunia, gangguan rantai pasok akibat perang Rusia-Ukraina ini telah menyebabkan lonjakan harga pangan di seluruh dunia,” ucap dia.
Fadli pun menyampaikan, kebijakan sejumlah negara menghentikan ekspor pangan demi mengamankan stok pangan. Menurutnya, pembatasan ekspor komoditas semacam itu akan semakin membuat harga pangan global kian meroket, sehingga akan mempersulit akses negara-negara importir pangan.